1. Peternakan Sapi Perah

 1. Sapi Perah

Sebagian besar sapi perah di Jepang adalah varietas Holstein (berasal dari negara Belanda), dengan rata-rata volume susu lebih dari 8.000 kg per tahun.

Sapi perah yang pernah melahirkan disebut dengan "Keisangyuu" dalam Bahasa Jepang, dan sapi yang baru pertama kali melahirkan disebut dengan "Shosangyuu" dalam bahasa Jepang.





2. Bentuk dan Skala Manajemen (Industri) Peternakan Sapi Perah Susu

(1) Manajemen (industri) peternakan sapi perah susu di Jepang paling banyak adalah usaha keluarga.

(2) Namun, beberapa tahun belakangan ini terjadi peningkatan manajemen korporasi yang menjalankan (industri) peternakan sapi perah susu bekerja sama dengan beberapa petani, atau manajemen perusahaan.

(3) Peternakan sapi perah yang jumlah sapinya sangat banyak disebut dengan Megafarm.

Jumlah peternak sapi perah di Jepang setiap tahun mengalami penurunan, namun jumlah sapi perah peliharaan setiap satu peternakan semakin meningkat.




3. Volume Susu Sapi Perah yang Pernah Melahirkan di Jepang

Nilai rata-rata volume yang dihasilkan sapi perah yang pernah melahirkan selama 1 tahun di dalam negeri Jepang semakin meningkat. 

Tahun 2014 adalah 8.316 kg, meningkat sangat tinggi dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya yaitu tahun 2004 yang sebanyak 7.619 kg

4. Siklus hidup Sapi Perah

・Pada sekitar 6 bulan setelah dilahirkan, sapi perah disebut dengan pedet, setelah itu hingga 

sekitar 2 tahun disebut dengan sapi pembibitan (breeding cattle), dan setelah satu kali melahirkan 

disebut dengan sapi dewasa (adult cattle).

・Umumnya sapi betina setelah usia 14~15 bulan akan melahirkan melalui inseminasi buatan.

・Jarak waktu melahirkan sapi perah yang diharapkan adalah 365 hari, atau 1 tahun setiap 1 

kelahiran, tapi jarak waktu melahirkan sapi perah di Jepang menjadi lebih lama. Tahun 1989 

adalah 405 hari, dan tahun 2015 adalah 433 hari.

・Masa kehamilan sapi perah adalah 280 hari (9,3 bulan).

・Setelah melahirkan pedet, sapi betina dapat diperah susunya selama sekitar 1 tahun, namun selama waktu tersebut, untuk melahirkan sejak kehamilan berikutnya dapat dilakukan inseminasi buatan selama masa pemerahan.

・2~3 bulan sebelum rencana kelahiran berikutnya, hentikan pemerahan susu, agar nutrisi dapat mengalir ke badan induk sapi dan janin sapi.

・Sapi perah dapat mengulangi siklus ini dalam 400~430 hari, dan ada induk sapi yang dapat melahirkan sebanyak 7~8 kali kelahiran, namun rata-rata sekitar 4 kali kelahiran saja.




5. Periode Subur Sapi Perah

(1) Umumnya, fase pembuahan untuk sapi perah melahirkan pedet pertama kalinya (melahirkan pertama) adalah umur 14~15 bulan.

(2) Setelah melahirkan, periode tidak hamil (tidak konsepsi) disebut dengan jumlah hari kosong (jumlah hari tanpa janin). Periode ditambahkannya masa hamil pada jumlah hari kosong adalah jarak waktu melahirkan.

(3) Misalnya jarak waktu melahirkan dengan jumlah hari kosong selama 120 hari (4 bulan) adalah 13,3 bulan (399 hari).

(4) Sejak setelah melahirkan pedet pertama, kelahiran oleh sapi perah disebut dengan urutan melahirkan dengan menyebut kelahiran 2, kelahiran 3, kelahiran 4, dan seterusnya.

(5) Periode subur sapi perah Jepang yang pernah melahirkan (Keisan’gyu) cenderung semakin singkat, yakni pada tahun 2002 sebanyak 4,2 kelahiran, tahun 2007 sebanyak 4,0 kelahiran, dan tahun 2015 sebanyak 3,5 kelahiran. 

(6) Disebabkan oleh semakin singkatnya periode subur sapi perah, maka kadang terjadi kendala seperti gangguan organ menyusui (mastitis dan sebagainya), gangguan berkembang biak, gangguan pada tungkai sapi (penyakit kuku), gangguan organ pencernaan, tidak bisa berdiri (demam susu), dan sebagainya.

6. Pakan Ternak

・Pakan ternak yang diberikan pada sapi perah ada yang berupa pakan konsentrat dan pakan kasar.

・Pakan konsentrat terutama diberikan dalam bentuk pakan campuran.

・Untuk pakan kasar dapat terdiri dari silase yang diproduksi domestik, atau impor dari luar negeri, atau rumput kering yang diproduksi di Jepang.

・Sereal unsur utama dalam pakan campuran adalah jagung impor.

7. Pemeriksaan Kualitas Susu

・Kualitas susu berbeda antara satu sapi perah dengan yang lain.

・Pemeriksaan akan dilakukan atas susu sapi yang dikirimkan oleh peternak.

・Pada pemeriksaan kualitas susu, terdapat pemeriksaan kualitas unsur susu seperti rasio lemak 

susu, rasio protein susu, rasio padatan tak berlemak, dan juga pemeriksaan kualitas higienitas seperti jumlah sel somatik dan jumlah bakteri.

8. Panas di Musim Panas dan Sapi Perah

・Zona suhu yang nyaman bagi sapi perah varietas Holstein adalah 13~18°C, varietas ini adalah ternak yang tidak kuat panas.

・Saat kelembaban udara tinggi dan suhu meningkat menjadi sekitar 30°C, maka volume asupan 

bahan kering makanan sapi perah akan menurun, sehingga volume susu dan kualitas unsur susu pun akan menurun.

・Sapi perah memiliki suhu tubuh normal 38,5°C, lebih tinggi dari manusia karena memiliki tangki fermentasi di perutnya yang disebut dengan rumen (perut beludru).

・Akibat pengaruh pemanasan global, maka hari puncak musim panas (hari dengan suhu tertinggi di atas 30 derajat Celsius) dan hari dengan panas ekstrim (hari dengan suhu tertinggi di atas 35 derajat Celsius) pada musim panas Jepang semakin banyak.

・Kadang terjadi kematian sapi perah akibat cuaca panas di musim panas. Pada musim panas tahun 

2010, terdapat 959 ekor sapi perah yang mati atau tidak menghasilkan, dikarenakan cuaca panas musim panas.

・Tabel di bawah menunjukkan kondisi sapi perah pada lingkungan dengan suhu 18, 26, dan 30 

derajat Celsius. Volume asupan pakan ternak, bobot ternak, dan volume susu pun berkurang.

・Seiring peningkatan suhu lingkungan, maka suhu badan dan jumlah napas ternak akan meningkat.


Bagaimana mengatasi masalah suhu panas untuk sapi perah menjadi satu masalah yang besar 

bagi peternakan sapi perah. Untuk itu, penjagaan dan pengelolaan struktur kandang, fasilitas 

pendingin seperti kipas angin atau sprinkler, penanaman pohon di sekitar kandang, dan juga 

pengelolaan nutrisi ternak adalah hal yang penting.

Kemudian, karena sapi perah adalah hewan ternak yang banyak meminum air, maka mereka 

akan sensitif terhadap kualitas air, sehingga terutama pada musim panas yang bercuaca panas, 

sebaiknya ciptakan lingkungan agar sapi bisa minum air bersih yang dingin setiap saat.

8. Penanganan Kotoran dan Urin

・Permasalahan mengenai bau, penanganan kotoran dan urin yang benar, dan sebagainya diatur dalam undang-undang.

・Penting untuk membuat kompos yang berkualitas baik, mempergunakannya untuk padang rumput, atau untuk diberikan pada peladang atau petani padi.

Dari meningkatnya jumlah sapi perah yang diberi pakan oleh peternak, maka volume kotoran dan urin yang dihasilkan lahan ternak pun akan meningkat. Di lain pihak, peningkatan padang rumput dan area tanaman pakan ternak lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan jumlah ternak itu sendiri, sehingga permasalahan mengenai volume kotoran dan urin atas berkurangnya padang rumput milik sendiri itu meningkat, atau permasalahan mengenai kotoran dan urin yang berlebihan.




Comments