3. Peternakan Babi

 1. Varietas Babi

Babi adalah binatang yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan menghasilkan daging, setelah manusia terbiasa memelihara babi hutan. Varietas babi paling utama yang diberi pakan di Jepang adalah Landracer, Large Yorkshire, dan Duroc.

Varietas Babi


Dengan membuat hibrida (mengawinkan) campuran ketiga varietas ini, maka rasio perkembangan akan tinggi, pertumbuhan akan cepat, dan mutu daging pun akan membaik. 

Ini disebut dengan “kawin tiga silangan” dan dilakukan secara luas di seluruh Jepang. 

Pertama-tama dikawinkan antara Landrace (L) dengan Large Yorkshire (W). Kemudian betina yang lahir dipelihara dan dijadikan babi indukan. 

Umumnya Duroc jantan (D) dikawinkan kepada betina itu, dan anak babi yang lahir (LWD) dibesarkan sebagai babi bakalan. Dengan kata lain, kebanyakan babi bakalan di Jepang adalah blasteran. 

Mengawinkan silang varietas dengan cara demikian akan meningkatkan kemampuan (produktivitas) anak babi itu, disebut dengan hibrida penekanan (heterosis).

 Sebagai varietas yang lainnya, terdapat Berkshire (babi hitam), Hampshire, dan Middle Yorkshire.


Selain itu, terdapat babi indukan dan babi bakalan betina dan jantan yang dibuat dari perpaduan beberapa jenis varietas, yang disebut dengan babi hibrida. Ini bertujuan untuk menyediakan banyak babi indukan yang memiliki keseragaman yang unggul, dengan menghilangkan kekurangan kawin tiga silangan yang termasuk hal yang merepotkan.


1. Hidung 

2. Kuping 

3. Pipi 

4. Leher (Leher Belakang) 

5. Pundak 

6. Punggung 

7. Pinggang 

8. Perut Samping 

9. Ketiak

10. Perut Belakang 

11. Pantat 

12. Paha 

13. Perut Bawah

14. Kaki Depan 

15. Kaki Belakang 

16. Ekor 

17. Pinggul 

18. Lutut Belakang 

19. Sendi Kaki 

20. Atas Kuku (Tsunagi) 

21. Dada (Termasuk Perut) 

22. Dada Depan 

23. Cakar



2. Siklus hidup Babi

Berdasarkan metode penggunaannya, babi dibedakan menjadi babi bakalan dan babi indukan. 

Babi bakalan adalah babi yang dagingnya kita makan. Dapat disebut juga sebagai babi pedaging. 

Induk babi adalah induk dari babi bakalan tersebut. Babi jantan yang mengawini induk babi adalah 

babi pejantan. Disebut juga “tanebuta”. Induk babi akan kawin berulang, hamil, melahirkan, 

kemudian merawat anak babi.

Babi adalah omnivora yang memakan beragam pakan. Struktur dasar organ pencernaan babi 

itu sama dengan manusia yang juga merupakan omnivora. Pertama-tama, pakan akan dicerna di 

lambung, kemudian akan dicerna kembali di usus kecil, dan akan diserap tubuh. Setelah itu, di usus 

besar pun sebagian bahan yang tidak bisa dicerna akan terfermentasi dan diserap tubuh.

(1)Babi Bakalan (Babi Pedaging)

Setelah dilahirkan, babi bakalan akan sementara dirawat oleh babi betina indukan yang merupakan induk babi. 

Sekitar 6 bulan setelah lahir (sekitar 180 hari), bobotnya akan menjadi 115 kg, disembelih, lalu akan menjadi pedaging. Periode sejak bobot sekitar 30 kg hingga pengiriman, disebut masa penggemukan.


(2)Induk Babi (Babi Betina Indukan, disebut juga “hahabuta”.)

Induk babi pertama kali dikawinkan sejak 8 bulan setelah lahir hingga bobotnya sekitar 120 kg.


 Masa kehamilan 114 hari. Jumlah anak babi yang dilahirkan sekitar 10~15 ekor, dan setelah 3~4 minggu setelah melahirkan saat masa perawatan anak babi selesai, induk babi dikawinkan kembali. 

Induk babi yang kesehatannya dikelola dengan baik dapat hamil dan melahirkan 4~5 kali dalam 2 tahun. Siklus ini akan berulang pada induk babi, biasanya 6~10 kali melahirkan.

Siklus estrus babi adalah 21 hari. 


(3)Babi Pejantan (Babi indukan jantan, disebut juga “tanebuta”)

Babi pejantan akan matang secara seksual pada sekitar umur 7 bulan. Perkawinan ada yang kawin alami, ada pula inseminasi buatan (AI: Artificial Insemination), dan kini yang paling banyak adalah inseminasi buatan.


3. Bentuk Manajemen Peternakan Babi

Bentuk manajemen peternakan babi terbagi atas 3 jenis, yaitu “Manajemen Terpadu”, “Manajemen Perkembangbiakan”, dan “Manajemen Penggemukan”.

Manajemen perkembangbiakan adalah bentuk manajemen yang mengirimkan anak babi sebagai babi bakalan dengan memelihara induk babi dan babi jantan.

Manajemen penggemukan adalah bentuk manajemen yang mengirimkan babi dengan menggemukannya setelah membeli anak babi dari manajemen perkembangbiakan.

Manajemen terpadu adalah bentuk manajemen yang melaksanakan secara terpadu sejak perkembangbiakan hingga penggemukan, yang memelihara induk babi untuk diperkembangbiakkan, babi jantan, maupun babi bakalan. 

Saat ini, manajemen terpadu menjadi manajemen yang mayoritas. 

Alasan utamanya adalah karena untuk mengontrol masuknya penyakit dari pihak luar, dan juga karena peningkatan skala manajemen semakin maju.

Manajemen perkembangbiakkan yang ada sekarang terutama berbentuk penjualan kepada manajemen terpadu dengan memproduksi dan memperbaiki induk babi dan babi jantan.

Skala manajemen adalah beragam, dari manajemen skala besar dengan jumlah karyawan 10 hingga lebih dari 100 orang, hingga manajemen keluarga skala kecil. Kadang manajemen skala besar disebut dengan perusahaan peternakan babi.

Tidak hanya produksi di dalam peternakan babi saja, produsen produk daging, grosir daging, dan retailer daging pun kadang dilaksanakan secara konsisten pada grup yang sama, ini disebut dengan integration. 

Sebagai klasifikasi peternakan yang dilihat dari pengelolaan sanitasi, terdapat “Peternakan SPF (Specific Pathogen Free)” tersendiri yang berbeda dengan peternakan umumnya, dimana pengelolaan sanitasinya lebih ketat daripada peternakan biasa. Dibandingkan dengan SPF, peternakan yang umum disebut dengan conventional.

4. Pakan Ternak dan Bentuk Produksi, Pembelian, serta Pemberiannya

Sebagian besar material pakan ternak babi diimpor dari luar negeri.

Material jagung dan sebagainya yang telah tiba di pelabuhan akan dihancurkan halus di pabrik material pakan untuk memperbaiki pencernaan, dicampur dengan memikirkan keseimbangan gizi yang sesuai dengan tahap pertumbuhan babi, kemudian dijual sebagai pakan campuran. Pada material pakan banyak digunakan jagung dan ampas kedelai (kacang kedelai tanpa lemak).

Bentuknya terdapat bubuk yang telah dihancurkan halus (mash), kemudian pellet yang terbentuk dari bubuk yang di-press (ditekan), dan juga bubuk hancuran pellet (crumble). Kemudian, juga digunakan pakan ternak liquid (cair) yang diberikan pakan dalam bentuk cair.

Pada metode pemberian pakan ternak, terdapat “pemberian pakan tanpa henti” dan “pemberian pakan yang dibatasi”.

Pemberian pakan tanpa henti disebut juga dengan makan bebas, dimana babi dapat makan kapan saja karena selalu terdapat pakan ternak di dalam wadah pakan.

Pemberian pakan yang dibatasi adalah metode pemberian pakan dengan memberi volume yang telah ditentukan.

Kebanyakan pemeliharaan babi bakalan dilakukan dengan pemberian pakan yang tanpa henti, dan babi indukan dengan pemberian pakan yang dibatasi.



5. Daging Karkas dan Daging Parsial

Babi bakalan (babi pedaging) yang telah dikirimkan akan dipotong, dan akan diperdagangkansebagai “daging karkas”.

Daging karkas adalah bentuk dari keseluruhan tubuh yang telah dipotong kepala, keempat kaki, dan organ dalamnya. Dari babi dengan bobot 115 kg, akan diperoleh karkas sekitar 75 kg. 

Sekitar 65% sebagai hasil daging karkas. Daging karkas yang kemudian telah dibelah kiri dan kanan disebut dengan setengah karkas.  

Peringkat daging karkas akan dinilai berdasarkan standar transaksi daging karkas babi, dengan peringkat dari tertinggi adalah terbaik, baik, sedang, rata-rata, dan di luar ketentuan. 

Pertama-tama, setelah dinilai dengan berat daging karkas (setengah karkas ) dan ketebalan lemak punggung, maka akan dinilai penampakan dan mutu dagingnya.

Daging karkas kemudian akan dipotong menjadi daging parsial. Setelah itu, daging parsial akan dijual sebagai daging olahan iris, atau dijual setelah diproses menjadi ham maupun sosis.

Terdapat standar untuk warna daging dan warna lemak, dimana warna daging yang terlalu pekat atau terlalu pucat (terlalu tipis warna) itu tidak baik, dimana idealnya adalah warna pertengahan yang agak pucat (tipis warna) saja. Akan dinilai dengan Pork Color Standard.

Warna lemak yang diharapkan adalah putih, dan lemak berwarna kuning adalah tidak diharapkan. Lemak yang lunak disebut dengan lemak babi lembut, dan akan dinilai rendah.


6. Poin Pengelolaan Pemberian Pakan

(1)Pengelolaan Anak Babi

Bobot anak babi sekitar 1,4 kg. Anak babi yang baru lahir lemak subkutannya tipis, danfungsi pengaturan suhu tubuhnya belum matang. 

Untuk mencegah kematian tidak sengaja atau mandegnya pertumbuhan babi, maka perlu mengelola suhu lingkungan pemeliharaan dengan tepat. 

Terutama anak babi usia seminggu, sebaiknya dijaga lingkungannya dengan suhu di atas 30°C.


(2)Pencapaian Penambahan Bobot Babi

Volume konsumsi pakan akan meningkat mengikuti pertumbuhan babi. 

Volume penambahan bobot per hari disebut ”Volume Penambahan Bobot Harian (DG: Daily Gain)”. 

Setelah disapih, bersamaan dengan volume konsumsi pakan, maka daily gain juga akan meningkat, dimana standar daily gain adalah 0,78 kg pada babi berbobot 30~50 kg, dan 0,85 kg pada babi berbobot 50~115 kg.

Jumlah pakan yang diperlukan untuk penambahan bobot 1 kg disebut dengan “rasio kebutuhan pakan”. Normalnya dalam lingkup 3,2~3,6. Lebih dari itu, konten pakan perlu di-review kembali.


(3)Penyakit Menular

Penyakit babi ada banyak, dan bila dalam penyakit tersebut muncul penyakit epidemik yang ditentukan Undang-Undang yaitu antara lain penyakit mulut dan kuku, kolera babi, atau ensefalitis epidemik, maka segeralah laporkan dan lakukan penanggulangan sesuai dengan instruksi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pada saat perpindahan orang, pakan ternak, maupun material bagunan perlu dipatuhi sistem pencegahan dengan ketat.

Ada beragam penyakit yang ditemukan pada peternakan babi, dan dilakukan vaksinasi yang efektif sebagai pencegahan. 

Saat ini sudah jarang kematian yang segera setelah tampak gejala akut, dan banyak penyakit dengan gejala kronis. Penyakit patogen virus antara lain TGE (Transmissible Gastro Enteritis), dan PRRS (Porcine Reproductive and Respiratory Syndrom); penyakit pathogen bakteri antara lain mycoplasma, E-Colli, dan streptococcus; kemudian penyakit parasit antara lain cacing gelang.

(4)Penanganan Bau dan Kotoran dan Urin pada Kandang Babi

Babi indukan akan mengeluarkan kotoran 2-3 kg dan mengeluarkan urin 5,5 kg per hari, sementara babi bakalan akan mengeluarkan kotoran 1,9 kg dan mengeluarkan urin 3,5 kg perhari. 

Jumlah keluhan sebagai polusi yang dikarenakan bau akibat kotoran dan urin dari hewan ternak ini merupakan keluhan yang terbanyak, memperburuk kesan terhadap peternakan babi, dan juga menjadi penyebab yang mempengaruhi keberlanjutan manajemen. 

Tidak hanya itu, karena berkaitan dengan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia dan babi, dan pencemaran lingkungan seperti mengundang serta meningkatkan kembang biak hama seperti lalat, maka kemunculannya perlu ditekan.

Bau pada kandang babi disebabkan amonia yang muncul dari kotoran dan urin atau senyawa belerang, dan asam lemak volatil dari asam butirat, asam propionate, dan asetat. 

Hal tersebut berbahaya bagi babi dan bagi orang yang melakukan pemeliharaan, sehingga perlu meminimalisir kemunculan baunya. Untuk itu, lakukan pemilahan dengan sedapat mungkin tidak terkena kontak dengan kotoran dan urin babi, dan tekan reaksi antara enzim feses dengan urin.

Setiap kotoran dan urin perlu ditangani dengan tepat, dimana umumnya kotoran babi ditangani dengan fasilitas pengomposan, dan urin babi ditangani dengan fasilitas pemurnian. 

Selain itu, terdapat juga metode penanganan kotoran babi yang sudah tercampur dengan urin babi, dan campuran kotoran dan urin tersebut disebut dengan slurry.

Kompos merupakan benda yang sebagian besarnya adalah mikroba, yang di dalam kotoran terutama mikroorganisme aerobik akan berkembang biak dengan menguraikan zat organik septik. 

Untuk melakukan persiapan kompos, maka perlu melengkapi lingkungan yang optimal yang pada mikroorganisme aerobik yang memerlukan oksigen.


(5)Panas dan Dingin

Kelenjar keringat babi mengalami kemunduran, sehingga pengeluaran panas tubuh dari kulit menjadi sulit. 

Terutama karena musim panas di Jepang itu suhu dan kelembabannya tinggi, sehingga panas tidak kunjung dikeluarkan. 

Oleh karena itu pada musim panas, dari dalam kandang babi perlu dibuang kelembabannya dengan mesin kipas angin.

Lingkungan yang panas akibat panasnya musim panas akan memberikan pengaruh buruk terutama pada babi indukan. 

Terjadi menurunnya jumlah sperma babi jantan, menurunnya keaktifan sperma, dan menurunnya birahi, pada babi betina akan terjadi penurunan keseluruhan kinerja berkembang biak seperti menurunnya volume susu akibat menurunnya nafsu makan, 

menurunnya bobot saat dilahirkan, kematian saat melahirkan, dan keterlambatan estrus.

Pada babi bakaln pun nafsu makan akan menurun, dan akan mempengaruhi kinerja 

penambahan bobot. Saat peningkatan suhu ekstrim, maka kadang terjadi kematian akibat serangan panas.

Sebaliknya, karena pada musim dingin baik suhu maupun kelembaban rendah, maka kebalikan dengan musim panas, pelepasan panas tubuh akan terdorong secara berlebihan. 

Untuk itu, musim dingin harus diperhatikan pengelolaan suhu kandang babi, terutama pengelolaan suhu badan anak babi yang lemah terhadap dingin.

Comments